Breaking News

Sosok Panglima Perang Patih Gajah Mada Dijaman Kerajaan Majapahit Menangis


Yogyakarta-Indopers,co,id //
Gajah Mada adalah seorang Mahapatih Amangkubhumi kerajaan Majapahit. Jabatan ini adalah yang tertinggi kedua setelah raja.

Berdasarkan sengkala dalam "Babad Gajah Mada", ia lahir pada tahun 1229. Kemudian dalam kitab kuno Majapahit yakni Pararaton, tercatat bahwa Gajah Mada hidup pada 1290-1368.
Gajah Mada sendiri diketahui mulai mengabdi pada Kerajaan Majapahit saat berusia 23 tahun pada 1313 M. Ia memulai pengabdian sebagai prajurit rendah di pemerintahan Raja Jayanegara. Minggu 13 April 2025,

Gajah Mada kemudian menjadi Patih di Kahuripan setelah menaklukkan pemberontakan Ra Kuti pada 1319 M. Dua tahun kemudian, Gajah Mada diangkat sebagai Patih di Daha Pura.

Ketika pengangkatannya sebagai patih Amangkubhumi pada tahun 1258 Saka (1336 M) Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang berisi bahwa ia akan menikmati palapa atau rempah-rempah (yang diartikan kenikmatan duniawi) bila telah berhasil menaklukkan Nusantara.
Ia ikrarkan di hadapan Tribhuwana Tunggadewi, Raja Majapahit ketiga yang memerintah dari 1328-1350 Masehi.

Adapun Sumpah Palapa yang diikrarkan oleh Gajah Mada mengandung berbagai nilai,yaitu nilai kesatuan dan persatuan wilayah Nusantara, nilai historis, nilai keberanian, nilai percaya diri, nilai rasa memiliki kerajaan Majapahit, nilai geopolitik, nilai sosial budaya, dan nilai filsafat.
Walaupun Gajah Mada merupakan tokoh penting era Majapahit, tetapi hanya ada sedikit catatan yang ditemukan mengenai dirinya.
Meski begitu, saat ini, Gajah Mada tercatat sebagai salah satu Pahlawan Nasional dan merupakan simbol nasionalisme dan persatuan Nusantara. 

📌Universitas Gajah Mada

Semangat persatuan Nusantara yang dimiliki tokoh Gajah Mada menarik perhatian tokoh pendidikan Indonesia yang kemudian mendirikan kampus yang ada di wilayah Bulak Sumur, Sleman saat ini. 
Pada saat didirikan sebagai perguruan tinggi swasta, kampus ini memiliki nama Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada (BPTGM), demikian keterangan yang ada pada situs resmi UGM.

BPTGM didirikan tepat setengah tahun setelah Kemerdekaan Indonesia yaitu pada 17 Februari 1946. Setelah itu secara berangsur-angsur dalam kurun waktu 2 tahun, antara tahun 1946 - 1948, pemerintah Indonesia yang mengungsi ke Yogyakarta dan mendirikan beberapa perguruan tinggi, sejumlah delapan lembaga.
Delapan lembaga tersebut tersebar di wilayah Yogyakarta, Klaten, hingga Solo. Kemudian kedelapan lembaga tersebut digabung menjadi sebuah universitas dengan nama "Universiteit Negeri Gadjah Mada". Penggabungan tersebut disahkan melalui Peraturan Pemerintah No. 23 tanggal 16 Desember 1949.

📌Arti nama baik

Nama baik lebih berharga daripada kekayaan, karena nama baik tidak dapat dibeli dengan uang. Nama baik harus dipertahankan setiap saat, setiap hari dan pada setiap keputusan.
Memiliki nama baik berarti menjalani hidup dengan cara yang dapat dipercaya orang lain. 
Hal itu berarti menunjukkan integritas yang dapat diandalkan oleh orang lain.

Konsep efek Pygmalion menunjukkan bahwa orang cenderung memenuhi harapan orang lain terhadap mereka, termasuk yang disampaikan melalui nama mereka. Penelitian telah menunjukkan bahwa individu dengan nama yang dianggap lebih baik atau bergengsi  cenderung menunjukkan sifat-sifat yang terkait dengan kesuksesan, seperti kepercayaan diri, ambisi, dan keterampilan kepemimpinan. Sebaliknya, mereka yang memiliki nama yang dianggap kurang diinginkan mungkin menghadapi stereotip atau bias yang memengaruhi persepsi dan perilaku diri mereka.
Nama dapat membangkitkan stereotip dan asumsi yang membentuk bagaimana pemilik nama dipersepsikan dan diperlakukan oleh orang lain.

Kelompok sivitas akademika Universitas Gajah Mada yang terdiri dari dosen, mahasiswa, dan semua badan kepengurusan yang ada di perguruan tinggi tersebut beserta seluruh alumninya bertanggung jawab untuk menjaga nama baik Mahapatih Gajah Mada sebagai tokoh besar pemersatu wilayah Nusantara.
Namun akhir-akhir ini wibawa dan kebesaran Gajah Mada sedang dipertaruhkan.
Petinggi Universitas Gajah Mada secara sadar atau tidak disadari telah berperan dalam proses pecah belah bangsa ketika mereka tidak mendukung sekelompok alumninya yang ingin membersihkan nama Universitas Gajah Mada dari pribadi yang diduga  ingin memanfaatkan kebesaran nama  Gajah Mada dengan melakukan perbuatan tercela.
Mahapatih Gajah Mada menangis…
“Nama baik lebih baik dipilih dari pada kekayaan”.

( Ramaldi)

Type and hit Enter to search

Close